
Anggota KPU Kabupaten Bombana Mengisi Pelatihan Menulis untuk Kehumasan
Sesuai arahan yang disampaikan oleh Ketua KPU Kabupaten Bombana, Aminuddin, pada apel pagi tentang perlunya peningkatan kompetensi dan tanggung jawab serta hasil rapat pleno beberapa pekan sebelumnya, maka pada hari ini, Senin (22/11/2021), dilaksanakan kegiatan pelatihan menulis untuk kehumasan.
Narasumber atau pematerinya adalah mantan jurnalis yang sudah belasan tahun berkarier di Kendari Pos, grup Jawa Pos. Beliau adalah Abdi Mahatma, Anggota KPU Kabupaten Bombana yang membidangi divisi sosialisasi, pendidikan pemilih, dan parmas.
Tempat pelaksanaan di lantai dua kantor KPU Kabupaten Bombana yang biasanya dipakai juga untuk rapat pleno mingguan. Dimulai pada pukul 11.00 WITA. Tertunda selama satu jam lebih karena mati lampu.
Dalam pemaparannya, Abdi Mahatma memberikan pemahaman tidak perlu terlalu jauh dalam kaidah membuat tulisan berita. Cukup dimulai dari kaidah 5W1H yang terdiri dari: What, Who, Where, When, Why, dan How. Contoh masing-masing disampaikan juga oleh komisioner yang juga penyuka sepakbola ini.
Kaitannya dengan humas, Anggota KPU Kabupaten Bombana yang berdomisili di Bombana dan Kendari ini, berkata, "Setiap kita ini pada dasarnya harus jadi humas untuk KPU Bombana. Nanti di tahapan akan ada yang menghandle akun media sosial maupun portal-portal kantor yang kita miliki. Pelatihan semacam ini juga akan membuat teman-teman tambah pintar dan bisa jadi humas untuk lembaga ini."
Rukun Iman Berita
Membaca tentang rukun iman, selalu bisa dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Namun, dalam pelatihan ini, rukun iman juga ada, tetapi bentuknya adalah rukun iman berita.
Ada delapan rukun iman menurut pemateri ini, "Tokoh, magnitude/dampak, proximity (kedekatan lokasi), pertama kali, human interest (mengunggah kesadaran manusia), aktual, sex, dan bermisi."
Pada sesi pertanyaan, hanya ada dua orang yang mengajukan. Pertama, dari Kasubbag Program dan Data, Bachtiar Laji.
"Pak, saya mau bertanya tentang etika dalam membuat berita. Misalnya, apakah dalam membuat berita itu kita mencantumkan penampilan orang, apakah itu cocok atau tidak. Bagaimana cara berdirinya, dan juga termasuk etika teman-teman yang mengikuti suatu pelatihan berita?"
Abdi Mahatma menjawab, "Dalam membuat berita, tidak harus semuanya mesti ditulis. Humas tetap harus menyampaikan citra positif lembaganya. Tidak boleh membuat berita yang berbau SARA misalnya."
Tentang etika dalam penulisan berita, beliau melanjutkan, "Contoh korban kekerasan seksual tidak boleh ditulis nama aslinya dan bahkan nama desanya. Terduga pelaku juga harus dilindungi identitasnya. Foto kejadian harus diblur agar tidak mengajarkan kekerasan. Nah, berbeda dengan di media sosial sekarang yang lebih bebas."
Agar membuat berita yang bagus, Abdi Mahatma menegaskan, "Seorang wartawan itu harus adil, mandiri, objektif, dan netral sejak dari pikiran. Jangan sampai mempunyai kesan yang tidak bagus terhadap orang yang akan ditulis beritanya."
Pertanyaan kedua datang dari Ketua KPU Kabupaten Bombana, Aminuddin. "Dalam panduan penulisan berita, apakah 5W1H itu bisa terbolak-balik?"
Menurut narasumber, kaidah 5W1H bisa dibalik-balik dalam penulisannya. Misalnya didahulukan What apa yang terjadi, selanjutnya When atau kapan terjadi, dan sebagainya.
Terakhir, Abdi Mahatma memberikan tips, "Dalam satu paragraf paling tidak ada dua unsur dari 5W1H ini . Setelah itu bisa pengulangan unsur-unsur yang ada. Agar tidak membosankan, perlu perbendaharaan kata dan pengetahuan yang banyak tentang sumber berita."
Tepat saat adzan Dzuhur dikumandangkan, kegiatan berakhir dan ditutup oleh Aminuddin. Para peserta pelatihan yang terdiri dari tiga orang kasubbag dan beberapa staf meninggalkan ruangan rapat untuk beristirahat siang.